Berakhir Usai

 Berakhir Usai

Oleh: Imaratu Annabel Ivana



Di sebuah kota kecil yang terbalut kabut senja, terdapat dua dunia yang berjarak jauh. Dunia itu tidak hanya berbeda dalam cara pandang, tetapi juga dalam cara hidup. Di satu sisi, ada seorang pria bernama Arga. Seorang lelaki dengan penampilan berantakan, rambut panjang yang kumal, dan senyum yang selalu menggoda. Arga adalah tipe lelaki yang hidup bebas, menggeluti dunia musik dan malam. Pekerjaannya tak pernah tetap, ia bisa jadi seorang pemusik, kadang fotografer, atau bahkan pengamen jalanan. Arga tidak pernah tahu apa yang disebut dengan rencana hidup. Baginya, hidup adalah tentang mengikuti alur dan menikmati setiap detik yang ada.

Di sisi lain, ada seorang gadis bernama Dara. Dara adalah anak yang dididik dengan penuh kasih sayang oleh orang tuanya. Ia dibesarkan dengan prinsip-prinsip yang kuat tentang kesopanan, tanggung jawab, dan kebaikan. Dara bukan tipe wanita yang suka keluar malam, atau bergabung dalam keramaian. Ia lebih suka duduk di perpustakaan, membaca novel, atau menulis di jurnal pribadinya. Orang tua Dara, terutama ibunya, menginginkan dia tumbuh menjadi seorang wanita yang sukses dalam karier dan punya kehidupan yang teratur. Dara adalah anak baik-baik, dan ia tahu bahwa hidupnya sudah digariskan oleh orang tuanya.

Suatu sore, ketika matahari mulai tenggelam di balik pegunungan, pertemuan mereka terjadi. Arga, yang sedang bermain gitar di sebuah kafe kecil yang ramai, menarik perhatian Dara yang sedang menikmati secangkir teh hangat sambil membaca buku. Musik Arga mengalun lembut, mengundang rasa penasaran Dara. Tanpa sadar, matanya bertemu dengan mata Arga yang tengah fokus pada senar gitarnya.

"Hai," sapa Arga setelah memainkan satu lagu selesai.

Dara terkejut, kemudian tersenyum canggung. "Hai."

Itu adalah awal dari pertemuan mereka yang tak terduga. Seiring berjalannya waktu, perasaan mereka semakin mendalam. Arga yang ceria dan penuh kebebasan mampu membawa Dara keluar dari cangkang hidup yang selama ini ia jalani. Mereka berbagi cerita tentang dunia mereka yang berbeda, namun pada saat yang sama, saling melengkapi. Arga mengajarkan Dara untuk melihat dunia dengan perspektif yang berbeda, sementara Dara mengajarkan Arga tentang pentingnya keluarga, tanggung jawab, dan kedamaian hati.

Namun, kebahagiaan mereka tidak berlangsung lama. Orang tua Dara tidak setuju dengan hubungan itu. Bagi mereka, Arga adalah seorang pria yang tidak bisa memberikan masa depan yang baik untuk anak mereka. Mereka melihat gaya hidup Arga yang berantakan, dunia malamnya yang penuh dengan alkohol dan kebebasan tanpa aturan, sebagai ancaman bagi masa depan Dara.

“Dara, kamu harus berhenti bertemu dengan pria itu,” kata ibu Dara suatu malam, suara penuh penekanan. "Dia tidak cocok untuk kamu. Kamu adalah anak baik, kamu pantas mendapatkan pria yang lebih baik, yang bisa memberikan kehidupan yang layak dan teratur."

Dara terdiam. Ia tidak tahu harus berkata apa. Hatinya yang selama ini diliputi rasa cinta kepada Arga kini terbentur oleh keinginan orang tuanya yang begitu kuat. Tapi ia tahu, cinta itu bukanlah sesuatu yang bisa dipaksakan.

Arga, meskipun tampak acuh tak acuh terhadap segala penolakan, merasakan hal yang berbeda. Ia mencintai Dara, dan meskipun hidupnya penuh dengan kebebasan, ia ingin bersama Dara. Namun, ia tidak bisa menahan dunia bebasnya yang membuatnya sulit untuk berubah.

Beberapa bulan berlalu, dan hubungan mereka semakin renggang. Arga semakin terlarut dalam dunia malamnya, sementara Dara semakin terikat dengan tuntutan orang tuanya. Suatu malam, saat Dara mencoba menghubungi Arga, ia melihat sesuatu yang tidak pernah ia duga. Arga, yang seharusnya menunggu di rumah seperti yang dijanjikan, terlihat sedang berada di sebuah bar bersama wanita lain. Tertawa dan saling berpegangan tangan.

Hati Dara hancur. Ia merasa seperti terjatuh ke dalam jurang yang dalam. Selama ini, ia selalu percaya pada Arga, pada janji-janji yang diucapkan, pada semua kata-kata manis yang keluar dari bibir Arga. Tapi kini, semuanya terasa kosong. Cinta itu ternyata tidak bisa bertahan jika satu pihak saja yang berusaha.

Esoknya, Arga datang menemuinya dengan wajah penuh penyesalan. “Dara, maafkan aku. Aku tidak bermaksud melukai hatimu.”

Namun, Dara hanya menatapnya tanpa kata. Hatinya sudah tidak lagi sama. Ia merasa seolah-olah dirinya dihancurkan oleh keegoisan Arga yang tidak bisa mengalah pada kehidupan yang lebih baik.

"Kenapa kamu melakukan itu, Arga? Aku sudah percaya padamu," kata Dara, suaranya bergetar. "Aku tahu kita berasal dari dunia yang berbeda, tapi aku pikir cinta bisa mengatasi itu."

Arga terdiam, menundukkan kepala. Ia tahu ia telah menyakiti Dara, dan meskipun ia ingin meminta maaf, ia sadar bahwa semuanya sudah terlambat.

Dara pun memilih untuk pergi. Ia memutuskan untuk meninggalkan Arga, meskipun hatinya terluka. "Aku tidak bisa lagi bersama dengan seseorang yang tidak tahu bagaimana menghargai kepercayaan."

Arga hanya bisa berdiri di sana, merasakan kepergian Dara yang meninggalkan dirinya dengan kenangan tentang cinta yang tak pernah cukup untuk mengatasi perbedaan dunia.

Dan begitulah, cinta mereka berakhir dengan kesedihan. Dua dunia yang terpisah, dua jiwa yang tak bisa disatukan, meskipun ada cinta di tengahnya. Arga terus melanjutkan hidupnya dengan cara yang sama, sementara Dara, meskipun terluka, mulai menemukan kembali kekuatan dalam dirinya sendiri, belajar untuk tidak mengandalkan orang lain untuk kebahagiaannya.

Di akhir kisah ini, dua dunia itu tetap terpisah, namun keduanya tumbuh dengan cara mereka sendiri, membawa luka yang dalam, tetapi juga pelajaran berharga tentang cinta yang tidak selalu berakhir bahagia.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hikayat Indra Bangsawan : Teks Asli dan Ringkasan